Monday, November 16, 2015

Virus

BAB 1
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologi. Virus hanya dapat bereproduksi didalam material hidup dengan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki  perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat ( DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya ) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein,lipid,glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun  protein yang di butuhkan dalam  daur hidupnya. 
Istilah virus dari pratikel-pratikel yang menginfeksi  sel-sel eukariota ( organisme multtrtisel atau organisme sel tunggal ), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis prokariota ( bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel ).
Virus dapat menyebar dari satu inang ke inang lainnya dengan berbagai caraMelalui udara, contoh :influenza, Flu burung. Melalui sentuhan, contoh  Cacar, Herpes.Melalui makanan/minuman, contoh Polio, HepatitisMelalui kontak cairan tubuh, contoh HIV, HepatitisMelalui gigitan hewan, contoh Rabies.
Menurut para ahli bilogis, virus merupakan peralihan antara makhluk hidup dengan benda mati. Di katakan peralihan karena virus mempunyai ciri-ciri makhluk hidup , misalnya mempunyai DNA ( asam deoksiribonukleat ) dan dapat berkembang biak pada sel hidup. Memilki ciri-ciri benda mati seperti tidak memilki protoplasma dan dapat di kristalkan. Para penemu virus , pada tahun 1982, Dimitri Ivanowsky dari rusia menemukan  bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaringan bakteri masih dapat menimbulkan pnyakit mozaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkienan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. Kemungkinan kedua ini di buang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari belanda menemukan bahwa agen infeksi didalah getah yang sudah disaring tersebut direproduksi karena kemampuan menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antar tanaman. Patogen mosaik tembakau di simpulkan sebagai bukan bakteri , melainkan merupakan vivum fludium yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.
Setelah itu, pada tahun 1898. Loffler dan Frosch bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat di lewati bakteri. Namun demikian , mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.
Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mozaik yang kini di kenal sebagai virus mozaik tembakau.  Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A, Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.
B.   Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Virus?
2. Bagaimana Cara Pembuatan Antitoksin  dari Virus?
3. Jelaskan Kenapa Virus tidak Bisa Menjalankan Fungsi Biologis Secara Bebas?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Virus
2. Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Antitoksin dari Virus
3. Untuk Mengetahui Virus tidak bisa Menjalankan Fungsi Biologis Secara Bebas












BAB 11
PEMBAHASAN

A.  Definsi Virus dan Ciri-ciri Virus
Istilah virus dari pratikel-pratikel yang menginfeksi  sel-sel eukariota ( organisme multtrtisel atau organisme sel tunggal ), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis prokariota ( bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel ).
Virus sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia ( misalnya virus influenza dan HIV ), Hewan ( misalnya flu burung ), atau tanaman ( misalnya virus mozaik tembakau ).
Ciri-ciri virus , Virus bersifat aseluler ( tidak mempunyai sel ), Virus berukuran jauh lebih kecil dari pada bakteri , yakni berkisar antara 20 milimikron – 300 milimikron ( 1 mikron : 1.000 milmikron ), Virus hanya memiliki salah satu macam asam nukleat ( RNA atau DNA ), Virus umunya berupa kristal, Bentuk virus bervariasi, Tubuh virus terutama tersusun atas asam nukleat yang diselubungi oleh protein yang disebut kapsid.
B.  Struktur dan Anatomi Virus
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfBLZEZCuzmQn9uf2OGJFgN8_ovtOrkzQYH2NFPzn2PKh2RnZ1EW4A8-G3Pq30Lvz3Fl2bmwsxnjftiTzElp0ELIsz-B7phvClF3EpcmvCcHueB10sqYo6vG45QgEQXO2de5JhOdK36CwP/s1600/virus.jpeg
Kepala , kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer, Kapsid , selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas protein monomer yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk memberi bentuk virus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang merugikan virus,  isi tubuh , bagian tersusun atas asam inti,  yakni DNA atau RNA. Bagian isi disebut sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus, ekor , merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus bersumbat yang dilengkapi serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak mempunyai ekor.
Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm ( lebih kecil dari pada ribosom ), sedangkan virus tersebar sekalipun sukar di lihat dengan mikroskop cahaya.
ganda, DNA untai tunggal ,RNA untai ganda , atau RNA untai tunggal. Selain itu , asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal. Jumlah gen virus bervariasi dari empatuntuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk terbesar. Bahan genetik kebanyakan  virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.
Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang menjadi  lapisan pelindung tersebut di sebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat , heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genomvirus. Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.
C.  Parasitisme Virus
Jika bakteriofag menginfeksikan genomnya ke dalam sel inang, maka virus hewan diselubungi oleh endositosis atau terbungkus membran, menyatu dengan plasmalema inang dan melepaskan inti nuklieoproteinya kedalam sel. Beberapa virus ( misal nya virus polio) mempunyai tempat-tempat reseptor yang khas pada sel inangnya yang memunginkannya masuk. Setelah di dalam, biasanya genom tersebut mula-mula di trskripsi oleh enzim inang tetapi kemudian biasanya enzim yang tersandi oleh virus akan mengambil alih. Sintesis sel inang biasanya berhenti , genom virus bereplikasi dan kapsomer di sintesis sebelum menjadi virion dewasa. Virus biasanya mengkode suatu enzim yang di produksi terakhir, morebek plasma membran inang ( tahap lisis ) dan melepaskan keturunan infektif atau dapat pula genom virus terintegrasi kedalam sel kromosom inang dan bereplikasi bersamanya ( provirus ). Banyak genom eukariota mempunyai komponen provirus. Kadang-kadamg hal ini mengakibatkan transformasi neoplastik sel melalui sintesis protein biasanya hanya diproduksi selama pengandaan virus. Virus tumor DNA mencakup adenovirus dan papavavirus, virus tumor DNA terbungkus dan mencakup beberapa retrovirus ( contohnya  virus sakroma rous ).
D.  Perkembangan Virus
Untuk berkembang biak, virus harus menginfeksi sel inang, inang virus berupa makhluk hidup laiin yaitu bakteri sel tumbuhan, sel hewan. Cara reproduksi virus di kenal dengan proliferasi.
E.  Tahap – Tahap Perkembanganbiakan Virus
Pada siklus reproduksi virus ada dua cara, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik :
1.    Siklus Litik ( Lisis )
Siklus lisis adalah siklus reproduksi atau repilkasi genom virus yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel inang. Istilah lisis mengacu pada tahapan akhir dari infeksi, yaitu saat sel inang bakteri lisis atau pecah dan melepaskan fage yang di hasilkan di dalam sel inang tersebut. Virus yang hanya dapat bereplikasi melalui siklus lisis di sebut dengan virus virulen.
Tahapan Siklus Litik :
a.    Adsorbsi ( Fase Pembelahan )
Pada tahap ini, ekor virus mulai menempel di dinding sel bakteri. Virus
hanya menempel pada dinding sel yang dapat di tempeli protein virus. Menempelnya virus pada dinding sel di sebabkan oleh adanya reseptor pada ujung serabut ekor. Setelah menempel,  virus akan mengeluarkan enzim lisozim yang dapat menghancur atau membuat lubang pada sel inang.
b.   Penetrasi/injeksi/infeksi ( Fase Memasukan Asam Nukleat )
Proses injeksi DNA ke dalam sel inang ini terdiri atas hambatan lempeng ujung, kontraksi sarung, dan penusukn pasak berongga ke dalam sel bakteri. Pada persitiwa ini, asam nukleat masuk ke dalam sel, sedangkan elubung proteinnya tetap berada di luar sel bakteri. Jika sudah kosong, selubung protein ini akan terlepas dan tidak berguna lagi.

c.    Sintesis ( Fase Pembentukan )
Enzim penghancur yang di hasilkan oleh virus akan menghancur DNA
Bakteri yang menyebabkan sintesis DNA bakteri terhenti. Posisi ini di gantikan oleh DNA virus yang kemudian mengendalikan kehidupanya. Dengan fasilitas dari DNA bakteri yang akan di jadikan kapsid virus.
d.   Perakitan
Pada tahap ini, kapsid virus harus masih terpisah-pisah antara kepala, ekor, dan serabut ekor akan mengal;ami proses perakitan menjadi kapsid yang utuh. Kemudian, kepala yang sudah selrsai terbentuk di isi dengan DNA virus. Proses ini dapat menghasilkan v irus sejumlah 100-200 buah.
e.    Lisis ( Fase Pemecahan Sel Inang / Pembebasan )
Dinding sel bakteri yang sudah di lunakan oleh enzim lisozim akan pecah dan di ikuti oleh pembebasan virus-virus baru yang siap untuk mencari sel-sel inang yang baru. Pemecahan sel-sel bakteri cara secara eksplosif dapat di amati dengan mikroskop lapangan gelap. Jangan waktu yang di lewati lima tahap ini dan jumlah virus yang di bebaskan sangat bervariasi, tergantung dari jenis virus, bakteri, dan kondisi lingkungan.
2.    Siklus Lisogenik
Siklus lisogenik merupakan siklus replikasi genom virus tanpa menghancurkan sel inang setelah absorbsi dan injeksi DNA virus berintegrasi di sebut profage ( gen asing yang bergabung dengan kromosom bakteri ). Dalam hal ini DNAvirus tidak langsung mensintesis DNA bakteri memilki imunitas. Setelah imunitasnya hilang baru DNA virus mengendalikan DNA bakteri tahap selanjutnya seperti pada siklus lisis.
Tahapan Siklus Lisogenik :
a. Fase Adsorbsi
b. Fase Sintesis
c. Fase Injeksi
d. Fase Penggabungan
e. Fase Litik


F. Proses Dan Media Penularan Virus
Virus memilki dua peranan dalam kehidupan manusia yaitu peranan yang menguntungkan dan merugikan. Peranan yang menguntungkan, misalnya dalam pembuatan antitoksin dan vaksin. Adapun peranan yang merugikan karena virus banyak menimbulkan penyakit pada manusia,hewan,tumbuhan dan mikroorganisme :
1. Proses pemasukan virus kedalam sel makhluk hidup disebut daur infektik. Proses penularan virus dimulai dengan terbentuknya protein kapsid. Protein-protein kapsid bertugas menyuntikan inti DNA atau RNA virus dan mengambil alih seluruh metabolisme sel bahkan akan membunuh DNA sel inangnya,dan akhirnya terjadi pembentukan virion baru. Virion adalah praktikel virus yang melekat pada permukaan sel inang.
2. Media penularan virus. Virus masuk kedalam tubuh melalui makanan , minuman , luka ( infeksi ), darah , atau dengan perantaraan mikroorganisme lainnya.
G. Bahaya virus dalam kehidupan
            Pada umumnya virus merugikan organisme lain dalam kehidupannya, seperti pada manusia , hewan , tumbuhan , dan mikroorganisme. Berikut adalah beberapa contoh virus dan penyakit yang ditimbulkanya yaitu sebagai berikut :
1.    Virus pada manusia
Virus  yang menyerang manusia dan akibat yang ditimbulkanya, antara lain sebagai  berikut :
a. Virus polio, menyebabkan penyakit lumpuh pada anak-anak
b. Virus cacar, menyebabkan penyakit cacar
c. Virus influenza, menyebabkan penyakit kulit
d. Virus campak, menyebabkan penyakit campak
e.  Lyzza virus, menyebabkan penyakit rabies                               
2. Virus pada hewan ternak
Virus yang menyerang hewan ternak dan akibat yang ditimbulkanya, antara   lain sebagai berikut :
a. Virus NCD ( New Castle Disease ).
b. Virus FDM ( Foot And Mouth Disease Virus ), menyebabkan            penyakit kuku dan mulut.
3. Virus pada tumbuhan
Virus yang menyerang  tanaman dan akibat yang ditimbulkanya,    antara lain    sebagai berikut :
a. CVPD ( Citrus Vein Phloem Degeneration ), menyebabkan  hancurnya jaringan pembuluh tipis pada tanaman jeruk.
b. TMV ( Tobacco Mozaic Virus ), menyebabkan penyakit mosaik pada tanaman tembaku
c. PMV ( Potato Mozaic Virus ), menyebabkan penyakit mozaik kering pada tanaman kentang
d. Vius Tungro, menyebabkan penyakit pada tanaman padi.
H. Cara pembuatan antitoksin dari virus
Antitoksin dapat dibuat dengan mengabungkan DNA virus dan gen yang mempunyai  sifat menguntungkan sehingga jika virus menginfeksi bakteri, di dalam sel bakteri tersebut terkandung gen yang menguntungkan. Gen manusia adalah gen yang menguntungkan yang dapat mengendalikan produksi antitoksin. Jika oleh DNA virus, DNA manusia di sambungkan dengan DNA bakteri ,sel bakteri tersebut akan mengandung gen manusia penghasil antitoksin. Jadi, mulanya gen bakteri tidak mengandung antitoksin manusia, sekarang mampu memproduksi antitoksin manusia.















BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Istilah virus dari pratikel-pratikel yang menginfeksi  sel-sel eukariota ( organisme multtrtisel atau organisme sel tunggal ), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis prokariota ( bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel ). Jika bakteriofag menginfeksikan genomnya ke dalam sel inang, maka virus hewan diselubungi oleh endositosis atau terbungkus membran, menyatu dengan plasmalema inang dan melepaskan inti nuklieoproteinya kedalam sel. Untuk berkembang biak, virus harus menginfeksi sel inang, inang virus berupa makhluk hidup laiin yaitu bakteri sel tumbuhan, sel hewan. Cara reproduksi virus di kenal dengan proliferasi. Cara pembuatan antitoksin dari virus dapat dibuat dengan mengabungkan DNA virus dan gen yang mempunyai  sifat menguntungkan sehingga jika virus menginfeksi bakteri, di dalam sel bakteri tersebut terkandung gen yang menguntungkan. Jadi, mulanya gen bakteri tidak mengandung antitoksin manusia, sekarang mampu memproduksi antitoksin manusia.
B.  SARAN
Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.


MAKALAH PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
VIRUS



Description: D:\unsri.jpg


OLEH :
JAJANG NURZAMAN (05121407004)
M. CATUR AGUNG 05121407007)













PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA

2015
Read More ->>
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMANFAATAN SERANGGA ENTOMOPATOGEN DI EKOSISTEM TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


12 Februari 2015
NAMA    : Jajang Nurzaman                                Asisten :1.Aji Artanto 
NIM        : 05121407004                                                       2.Anita Sari
KELAS   : Agroekoteknologi                                               3.Lilian Rizkie
JUDUL   : Pemanfaatan serangga entomopatogen           4.Lindah Sari
                   Di ekosistem tanaman pangan dan                   5.Rezalina Indra P
                   Hortikultura.                                                      6.Windy Lumban G
                                                                                                7. Pebrianta Tarigan
                                                                                                8. Andri Purniawan
                                                                                    Nilai :

 


I.     PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Pengalaman menunjukan bahwa pengendlian hama pada tanaman pangan dan hortikultura, terutama sayuran umumnya hanya mengandalkan pada keampuhan pestisida dan bahan kimia lainya. Kondisi ini tentu saja tidak dikehendaki karena dampak negatif yang diakibatkan akan sangat merugikan seperti cacat lahir atau kanker. Menyadari hal ini, pemerintah indonesia mngeluarkan inpres Nomor 3 tahun 1986 yang mengatur jumlah dan jenis pestisida yang digunakan dan undang – undang Nomor 12 tahun 1992 yang mengatur sistem budidaya tanaman. Lebih lanjut diatur tentang perlindungan tanaman pada peraturan pemerintah nomor 6 tahun 1995, khususnya pasal 4 Bab 1 dan pasal 14 Bab II yang intinya mengisyaratkan pentingnya penerapan non-kimiawi, melainkan pengendalian hayati, dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Pengendalian hayati yang memanfaatkan agens hayati (parasitoid, predator atau entomopatogen) merupakan komponen uatama PHT. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengendalian hayati adalah introduksi, augmentasi, dan konservasi agen hayti. Konvensi tentang pasar bebas, yang terkait dengan ketentuan batas minimum residu pestisida, memberikan peluang besar untuk memanfaatkan agens hayati tersebut baik pertanaman pangan maupun hortikultura.

B.  TUJUAN
Untuk mngetahui makanan (mangsa) serangga entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan Hortikultura


II.  PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A.  WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum pengelolaan hayati dan pengelolaan habitat tentang pemanfaatan serangga entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan hortikultura dilakasanakan pada tanggal 12 Februari 2015, pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Insect, jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

B.  ALAT DAN BAHAN
Adapun alat  yang di gunakan pada praktikum pemanfaatan serangga entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan hortikultura adalah kamera, cawan petri. Sedangkan bahan yang di gunakan adalah 30 kutu daum, 10 kutu putih, 2 koksi predator ( yang di puasakan 24 jam ).

C.  CARA KERJA
Untuk praktikum pemanfaatan serangga entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan hortikultura langkah – langkah kerja yang dilakukan adalah :
1.    Masukan masing – masing bahan kecawan petri berbeda (1 cawan petri berisi 30 kutu daun dan 1 kumbang koksi predator). Dan 1 cawann petri berisikan 10 kutu putih dengan 1 kumbang predator
2.    Amati setiap 5 menit jumlah kutu daun dan kutu putih yang di makan koksi predator selama 30 menit.

III.   HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  HASIL
Waktu
(menit)
Kutu daun
Kutu putih
Gambar
5 menit
-
1









10 menit
-

-
15 menit

-
-
20 menit

-
-
25 menit

-
-



30 menit
-





-
Total yang di makan
-
1



B.  PEMBAHASAN

Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga.Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks, dalam pest management program, kita perlu memahami musuh alami untuk memanipulasinya di lapangan sebagai pengendali hama.
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks.Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh alami memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami dapat mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum.
Untuk membuktikan adanya musuh alami yang memangsa hama pada tanaman dilakukanlah praktikum ini, yaitu dengan membiarkan dua macam kutu yang di masukan kedalam cawan petri yang berbeda, lalu di beri masing – masing satu kumbang koksi untuk satu cawan petri. Kumbang koksi yang digunakan adalah kumbang koksi predator yang sebelumnya telah di puasakan atau tidak di beri makanan selama 24 jam, tujuanya agar saat di letakan di cawan petri yang berisi kutu daun dan kutu putih maka kumbang koksi akan segera memangsanya. Karena telah kita ketahui bahwa mangsa utama kumbang koksi predator adalah jenis kutu – kutuan.
Pada saat praktikum untuk kutu daun tidak ada karena tidak mendapatkanya hanya kutu putih saja yang ada, sehingga hanya menggunakan satu cawan petri dan satu kumbang predator. Cawan petri tersebut berisikan 15 kutu putih yang di peroleh dari daun pepaya. Pada saat 5 menit setelah di letakan kumbang koksi predator ke dalam cawan petri maka kumbang tersebut langsung memangsa kutu daun yang berada di cawan petri tersebut. Kumbang koksi tersebut hanya memangsa satu dari lima belas kutu putih yang berada di cawan petri.
Pada menit ke 10 sampai ke menit 30 kumbang koksi predator tidak memangsa kutu putih lagi. Kumbang koksi predator hanya berkelilingi cawan petri dan sesekali terbang di dalam cawan petri. Kumbang koksi predator hanya memangsa satu kutu putih kemungkinan di akibatkan karena adanya aktifitas manusi yang terlalu dekat sehingga kubang koksi predator enggan memangsa lebih banyak lagi. Atau dapat juga di akibatkan karena kumbang koksi sudah cukup memangsa satu kutu daun saja. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa memang benar adanya bahwa ada cara lain mengendalikan hama tanpa harus menggunakan bahan kimia seperti pestisida. Musuh alami adalah salah satu agen yang dapat mengurangi populasi hama yang merugikann  petani tanpa menimbulkan dampak negatif bagi petani maupun lingkungan, oleh karena itu sangat penting untuk mempertahankan musuh alami yang berada bebas di alam ini.
  

IV.   PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat di peroleh dari praktikum tentang pemanfaatan serangga entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan hortikultura adalah :
1.    Musuh alami kutu daun dan kutu putih adalah kumbang koksi predator.
2.    Untuk membuat kumbang koksi agresif dan memangsa kutu daun, kumbang koksi di puasakan selama 24 jam.
3.    Kumbang koksi predator adalah salah satu agen hayati yang berfungsi mengendalikan atau mengurangi populasi hama kutu daun maupun kutu putih pada tanaman sayuran tanpa menimbulkan efek negatif pada tanaman maupun lingkungan.
4.    Penggunaan bahan kimia secara terus menerus untuk pengendalian hama maka akan mengakibatkan efek negatif, baik pada lingkungan maupun pada tanaman itu sendiri.
5.    Jika tidak dilakukan penanganan pada hama kutu daun yang berada di tanaman sayuran maka akan mengakibatkan tanaman sayuran akan rusak dan tingkat produksi menjadi rendah.

B.  SARAN

Diharapkan untuk praktikum kedepanya bahan yang digunakan sudah siap dan lengkap agar tidak memakan waktu untuk melengkapi bahan. Untuk asisten sekiranya agar dapat hadir seluruhnya agar pemberian materi lebih banyak dan lengkap serta praktikan bisa mengenal smua asisten yang ada.
Read More ->>

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Labels

Pages

Contributors