Monday, November 30, 2015

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN PENGOMPOSAN DENGAN LEGUMINOSA DAN UJI KECAMBAH

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
PENGOMPOSAN DENGAN LEGUMINOSA DAN UJI KECAMBAH



Jajang Nurzaman
05121407004




Description: Logo UNSRI BW











PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2014



                                                      
         I.          PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Leguminosa adalah tanaman berdaun lebar yang dapat merubah nitrogen dari udara menjadi protein, melalui suatu simbiosis dengan bakteri Rhizobium yang hidup dalam bintil-bintil akarnya. Sebagai penukarnya, leguminosa menyediakan energi yang dibutuhkan bakteri tersebut untuk mengikat nitrogen. Kehilangan energi ini merupakan salah satu alasan mengapa tanaman leguminosa tidak dapat menghasilkan daun sebanyak rumput, tetapi nilai gizinya lebih tinggi.
Pertanian organik menjadi hal yang saat sedang dikembangkan dengan pesat. Hal ini dilatarbelakangi dengan masalah dimana semakin jenuhnya pemberian pupuk yang berasal dari industri. Tanah semakin kering, semakin miskin kandungan hara organik yang pada akhirnya merugikan petani dan pertanian saat ini.Atas dasar itulah diperlukan upaya dalam peningkatan kebutuhan bahan organik bagi tanaman. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik unuk diolah menjadi kompos.
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, kotoran hewan, sampah kota dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang pertumbuhan bakteri (mikroorganisme) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain. Proses yang terjadi adalah dekomposisi, yaitu menghancurkan ikatan organik molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil, mengeluarkan ikatan CO2 dan H2O serta penguraian lanjutan yaitu transformasi ke dalam mineral atau dari ikatan organik menjadi anorganik. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik yang sukar larut menjadi senyawa organik yang larut sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.  Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain : mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah dan, meningkatkan meningkatkan kapasitas tukar kation. Hal yang terpenting adalah kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan.

B.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini ialah untuk menentukan tempat yang bagus untuk perkecambahan kacang hijau serta mendapatkan kompos yang baik untuk media perkecambah.   
                                                                                                   II.          TINJAUAN PUSTAKA
kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa daun-daunan, jerami, aalng-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota dan lain sebagainya yang proses pelapukannya bisa dipercepat lewat bantuan manusia sedangkan menurut Sutedjo (2002), kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi, tumpukan sampah/ seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk bingkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentas suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal. Pada kegiatan  mempercepat proses dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia dengan fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 – 17.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan -  bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).
Di lingkungan alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya lewat proses alami, rumput, daun-daunan, dan kotoran hewan. Serta sampah lainnya, tetapi untuk menunggu kompos yang berkualitas baik, memerlukan waktu terlalu lama (Murbandono, 1998). Keberlangsungan proses dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang melebihi 30 (Sutedjo, 2002). Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijau, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian (Isroi, 2008) sehingga dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzi hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin (Sutanto, 2002). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
Kompos diketahui mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kompos mengandung hara makro dan mikro namun secara umum kadarnya rendah bergantung dari jenis bahan organiknya, Oleh karena itu diperlukan sumber hara lain yang berkadar hara tinggi yang dapat meningkatkan kadar hara kompos. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. lewat proses alamiah. Namun proses tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono, 2000). Pengomposan adalah proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap limbah padat organik diubah menyerupai tanah seperti halnya humus atau mulsa.  Kompos telah dipergunakan secara meluas selama ratusan tahun dalam menangani limbah pertanian sekaligus sebagai pupuk alami tanaman (Hadiwiyoto,1983).
Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3-4 bulan), mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok dari pada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi umumnya meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut, yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya (Saraswati, dkk, 2006).  Kompos dikatakan bagus dan siap digunakan jika tingkat kematangannya sempurna. Kompos yang baik dapat dikenali dengan memperhatikan bentuk fisiknya, jika diraba, suhu tumpukan bahan yang dikomposkan sudah dingin, mendekati suhu ruang, tidak mengeluarkan bau busuk, bentuk fisiknya sudah menyerupai tanah yang berwarna hitam.

                                                               III.            PELAKSANAAN PRAKTIKUM


I.          Tempat dan Waktu
Adapun tempat pelaksanaan praktikum pengomposan dan perkecambahan kacang hijau ini dilaksanakan di palembang, jln Tanjung Rawo, lorongpos no 44 Bukit lama.
            Waktu pelaksanaan prektikum pengomposan dan perkecambahan ini di pada hari kamis 27 febuari 2014.

II.          Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pengomposan dan perkecambahan kacang hijau ini ialah pisau atau parang, spidol, kertas label, plastik, karet gelang, botol mineral dan gunting.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum pengomposan dan perkecambahan kacang hijau ini ialah tanaman kacang-kacangan, air dan benih kacang hijau.

III.     Cara kerja
a.    Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b.     Ada dua perlakuan dengan perbedaan lingkungan yaitu aerob dan anerob serta ada tanaman legum yang dicacah dan tidak dicacah.
c.    Setelah perlakuan tersebut telah selesai maka masukan bahan bahan yang akan di jadikan kompos ke dalam plastik 5 Kg, untuk perlakuan aerob tanpa dikasih air,sedangkan untuk perlakuan Anaerob dikasih air
d.   Amatilah perubahan perubahan yang terjadi pada kompos. Setelah seminggu maka dilakukan pengujian kecambah.
e.    Ke empat kompos tersebut akan dijadikan sebagai media untuk tanaman kacang hijau. Kompos tersebut diletakkan di aqua gelas.
f.     Kemudian lakukan pengamatan secaratur.
g.    Dan tambah ditambah satu perlakuan lagi yaitu dengan mengunakan kapas lembab sebagai pengontrol uji daya kecambah.
h.    Tulis laporan dari percobaan yang telah dilakukan.

                                                                                             IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  HASIL
Tabel 1. Hasil uji kecambah
Percobaan
Jumlah benih
perkecambahan
Persentase perkecambahan
Aerob cacah
10
5
50%
Aerob utuh
10
3
30%
Anaerob cacah
10
10
100%
Anaerob utuh
10
8
80%
Kapas lembab
10
7
70%



Tabel 2. Pembuatan kompos leguminosa
Perlakuan
Hari ke-1
Bau
Warna
Hari ke- 4
Bau
Warna
Hari ke-6
Bau
Warna
Aerob cacah
Tidak
hijau
Tidak
hijau
Tidak
kekuningan
Aerob utuh
Tidak
hijau
Tidak
hijau
Tidak
kekuningan
Anaerob cacah
Tidak
hijau
Bau
kehitaman
Busuk
Kehitaman
Anaerob utuh
Tidak
hijau
Bau
kehitaman
Busuk
Kehitaman

B.  Pembahasan
Adapun hasil yang didapatkan dalam praktikum pengomposan dan uji kecambah benih kacang hijau di tempat yang menggunakan kacang-kacangan atau leguminosa yang diperlakukan dengan berbeda-beda yaitu dengan perlakuan anaerob cacah, anaerob utuh, aerob cacah, aerob utuh, dan dengan perkecambahan menggunakan kapas maka didapatkan hasil yang berbeda-beda dari setiap perlakuan tersebut.
Pada perlakuan aerob cacah didapatkan bahwa pada perlakuan ini tidak menunjukan secar siknivikan atau perubahanya tidak begitu trlihat namun saat uji daya kecambah, benih yang mulanya diletakkan sebanyak 10 benih namun yang tumbuh hanya 5biji benih kacang hijau, sedangkan pada perlakuan aerob utuh kompos yang di dapatkan yaitu bahwa perbuhan juga tidak begitu terlihat, akan tetapi benih yang mulanya diletakan 10 benih hanya di dapatkan 3 benih yang berkecambah itu artinya pada perlakuan ini kurang bagus untuk media perkecambahan kacang hiaju.
pada perlakuan anaerob cacah kompos yang didapatkan yaitu komposnya berkembang dari yang awalnya tidak busuk, namun setelah di biarkan dan daadakan pengamatan perubahannya sangat berubah dari awl mulanya, dan padasaat dilakukan ujidaya perkecambahan kacang hiau yang mulanya diletakan 10 benih kacang hiaju dan yang berkecambah pada media ini yaitu 10 benih, ini berari uji daya perkecambahanya berhasil dengan media anaerob cacah yang menunjukan bahwa benih yang diletakan pada awal tumbuh semua (berkecambah). Namun pada perlakuan anaerob utuh kompos yang didapatkan yaitu bahwa komposnya hampir sama dengan yang anaerob cacah perbedaanya yaitu pada baunya yang tidak terlalu busuk, dan dilakukan uji daya kecambah dengan mula benih awal 10 benih yang dapat tumbuh pada media ini yaitu hanya sebanyak 8 benih, hal ini menunjukan bahwa pada perlakuan anaerob utuh tidak terlalu bagus dibandingkan dengan anaerob cacah.
Pada perlakuan menggunakan kapas lembab didapatkan bahwa yang awalnya menggunakan 10 benih kacang hijau didapatkan yang berkecambah hanya sebanyak 7 benih kacang hijau hal ini menujukan perbedaan hasil yang didapatkan dari tiap-tiap perlakuan hal ini berarti pada media kapas lembab ini kurang bagus dibandingkan dengan menggunakan anaerob cacah.
Maka dari percobaan yang telah dilakukan dari uji daya perkecambahan ini dari media yang berbeda-beda dapat dilihat bahwa pada media aerob  utuh kurang bagus untuk uji daya perkecambahan karena dari percobaan yang telah didapatkan hanya 3 benih yang tumbuh. Sedangkan hasil yang menujukan uji daya kecambah yang bagus ditunjukan pada perlakuan anaerb cacah yang awalnya menggunakan 10 benih kacang hijau juga yang tumbuh sebanyak itu pula hal ini terjadi demikian karena keadaan media yang banyak mengandung air dan nitrogen yang telah ada pada tanaman kacang-kacangan atau leguminosa. Sedangkan pada perlakuan yang lain juga didapatka perkesambahan yang kurang bagus karena masih ada benih yang belum tumbuh pada perlakuan tersebut maka dianjurkan hendaknya mengunakan media anaerob cacah dengan tanaman kacang-kacangan atau leguminosa.

        V.          KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
1.    Leguminosae adalah adalah tanaman berdaun lebar yang dapat merubah nitrogen dari udara menjadi protein.
2.    Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, kotoran hewan, sampah kota dan sebagainya
3.    Di lingkungan alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya lewat proses alami, rumput, daun-daunan, dan kotoran hewan
4.    Hasil pengamatan yang bagus adalah pada uji kecambah dengan media anaerob cacah (leguminosae). Dengan persentase 100%
5.    Kacang hijau mudah berkecambah pada kodisi atau pada tempat yang lembab (basah).

B.  Saran
Adapun saran dalam percobaan perkecambahan kacang hijau ini dengan mengunakan kompos yang dibuat dari tanaman kacang-kacangan ini ialah hendaknya para peneliti lebih teliti dalam mencatat pengamat yang telah dilakukan dan menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam percobaan ini.


DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. SNI 19- 7030- 2004
Crawford. J.H. 2003 . Composting of Agricultural Waste  in Biotechnology Applications and Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed). p. 6877.
Isroi. 2008. KOMPOS. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Simamora, Suhut & Salundik, 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Meningkatkan Kualitas Kompos. Kiat Menggatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka.



Read More ->>

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Labels

Pages

Contributors