LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMANFAATAN
SERANGGA ENTOMOPATOGEN DI EKOSISTEM TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
12
Februari 2015
NAMA : Jajang Nurzaman
Asisten :1.Aji Artanto
NIM : 05121407004 2.Anita Sari
KELAS
: Agroekoteknologi 3.Lilian Rizkie
JUDUL
: Pemanfaatan serangga entomopatogen 4.Lindah Sari
Di ekosistem tanaman pangan
dan 5.Rezalina Indra P
Hortikultura. 6.Windy Lumban G
7.
Pebrianta Tarigan
8.
Andri Purniawan
Nilai
:
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengalaman
menunjukan bahwa pengendlian hama pada tanaman pangan dan hortikultura,
terutama sayuran umumnya hanya mengandalkan pada keampuhan pestisida dan bahan
kimia lainya. Kondisi ini tentu saja tidak dikehendaki karena dampak negatif
yang diakibatkan akan sangat merugikan seperti cacat lahir atau kanker.
Menyadari hal ini, pemerintah indonesia mngeluarkan inpres Nomor 3 tahun 1986
yang mengatur jumlah dan jenis pestisida yang digunakan dan undang – undang
Nomor 12 tahun 1992 yang mengatur sistem budidaya tanaman. Lebih lanjut diatur
tentang perlindungan tanaman pada peraturan
pemerintah nomor 6 tahun 1995, khususnya pasal 4 Bab 1 dan pasal 14 Bab II yang
intinya mengisyaratkan pentingnya penerapan non-kimiawi, melainkan pengendalian
hayati, dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Pengendalian
hayati yang memanfaatkan agens hayati (parasitoid, predator atau entomopatogen)
merupakan komponen uatama PHT. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam
pengendalian hayati adalah introduksi, augmentasi, dan konservasi agen hayti.
Konvensi tentang pasar bebas, yang terkait dengan ketentuan batas minimum
residu pestisida, memberikan peluang besar untuk memanfaatkan agens hayati
tersebut baik pertanaman pangan maupun hortikultura.
B. TUJUAN
Untuk mngetahui makanan (mangsa)
serangga entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan Hortikultura
II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum pengelolaan
hayati dan pengelolaan habitat tentang pemanfaatan serangga entomopatogen di
ekosistem tanaman pangan dan hortikultura dilakasanakan pada tanggal 12
Februari 2015, pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Insect, jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya.
B. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang di gunakan pada praktikum pemanfaatan
serangga entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan hortikultura adalah
kamera, cawan petri. Sedangkan bahan yang di gunakan adalah 30 kutu daum, 10
kutu putih, 2 koksi predator ( yang di puasakan 24 jam ).
C. CARA KERJA
Untuk praktikum pemanfaatan
serangga entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan hortikultura langkah –
langkah kerja yang dilakukan adalah :
1. Masukan
masing – masing bahan kecawan petri berbeda (1 cawan petri berisi 30 kutu daun
dan 1 kumbang koksi predator). Dan 1 cawann petri berisikan 10 kutu putih
dengan 1 kumbang predator
2. Amati
setiap 5 menit jumlah kutu daun dan kutu putih yang di makan koksi predator
selama 30 menit.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Waktu
(menit)
|
Kutu daun
|
Kutu putih
|
Gambar
|
5 menit
|
-
|
1
|
|
10 menit
|
-
|
-
|
|
15 menit
|
-
|
-
|
|
20 menit
|
-
|
-
|
|
25 menit
|
-
|
-
|
|
30 menit
|
-
|
-
|
|
Total yang di
makan
|
-
|
1
|
|
B. PEMBAHASAN
Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam
yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat
mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari
serangga.Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau
pemangsa, dengan memakan individu serangga.Untuk beberapa spesies, musuh alami
merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga
penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi
populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan
populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks, dalam pest management
program, kita perlu memahami musuh alami untuk memanipulasinya di lapangan
sebagai pengendali hama.
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi
dengan organisme lainnya dalam suatu keterkaitan dan ketergantungan yang
kompleks.Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat antagonistik,
kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada musuh alami
yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh alami memiliki
peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang
bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami
dapat mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum.
Untuk membuktikan adanya musuh alami yang memangsa hama pada tanaman
dilakukanlah praktikum ini, yaitu dengan membiarkan dua macam kutu yang di
masukan kedalam cawan petri yang berbeda, lalu di beri masing – masing satu
kumbang koksi untuk satu cawan petri. Kumbang koksi yang digunakan adalah
kumbang koksi predator yang sebelumnya telah di puasakan atau tidak di beri
makanan selama 24 jam, tujuanya agar saat di letakan di cawan petri yang berisi
kutu daun dan kutu putih maka kumbang koksi akan segera memangsanya. Karena
telah kita ketahui bahwa mangsa utama kumbang koksi predator adalah jenis kutu
– kutuan.
Pada saat praktikum untuk kutu daun tidak ada karena tidak mendapatkanya
hanya kutu putih saja yang ada, sehingga hanya menggunakan satu cawan petri dan
satu kumbang predator. Cawan petri tersebut berisikan 15 kutu putih yang di
peroleh dari daun pepaya. Pada saat 5 menit setelah di letakan kumbang koksi
predator ke dalam cawan petri maka kumbang tersebut langsung memangsa kutu daun
yang berada di cawan petri tersebut. Kumbang koksi tersebut hanya memangsa satu
dari lima belas kutu putih yang berada di cawan petri.
Pada menit ke 10 sampai ke menit 30 kumbang koksi predator tidak memangsa
kutu putih lagi. Kumbang koksi predator hanya berkelilingi cawan petri dan
sesekali terbang di dalam cawan petri. Kumbang koksi predator hanya memangsa
satu kutu putih kemungkinan di akibatkan karena adanya aktifitas manusi yang
terlalu dekat sehingga kubang koksi predator enggan memangsa lebih banyak lagi.
Atau dapat juga di akibatkan karena kumbang koksi sudah cukup memangsa satu
kutu daun saja. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa memang benar adanya
bahwa ada cara lain mengendalikan hama tanpa harus menggunakan bahan kimia seperti
pestisida. Musuh alami adalah salah satu agen yang dapat mengurangi populasi
hama yang merugikann petani tanpa
menimbulkan dampak negatif bagi petani maupun lingkungan, oleh karena itu
sangat penting untuk mempertahankan musuh alami yang berada bebas di alam ini.
IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat di peroleh dari praktikum tentang pemanfaatan serangga
entomopatogen di ekosistem tanaman pangan dan hortikultura adalah :
1. Musuh
alami kutu daun dan kutu putih adalah kumbang koksi predator.
2. Untuk
membuat kumbang koksi agresif dan memangsa kutu daun, kumbang koksi di puasakan
selama 24 jam.
3. Kumbang
koksi predator adalah salah satu agen hayati yang berfungsi mengendalikan atau
mengurangi populasi hama kutu daun maupun kutu putih pada tanaman sayuran tanpa
menimbulkan efek negatif pada tanaman maupun lingkungan.
4. Penggunaan
bahan kimia secara terus menerus untuk pengendalian hama maka akan
mengakibatkan efek negatif, baik pada lingkungan maupun pada tanaman itu
sendiri.
5. Jika
tidak dilakukan penanganan pada hama kutu daun yang berada di tanaman sayuran
maka akan mengakibatkan tanaman sayuran akan rusak dan tingkat produksi menjadi
rendah.
B. SARAN
Diharapkan
untuk praktikum kedepanya bahan yang digunakan sudah siap dan lengkap agar
tidak memakan waktu untuk melengkapi bahan. Untuk asisten sekiranya agar dapat
hadir seluruhnya agar pemberian materi lebih banyak dan lengkap serta praktikan
bisa mengenal smua asisten yang ada.
0 comments:
Post a Comment